Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘Kriminal’

Pagi ini, Jum’at 4 Juli 2008 diawali dengan berita yang cukup mengagetkan. Gembong teroris yang tertangkap di Palembang pada 1 Juli lalu ternyata mambidik Kota Bukittinggi sebagai salah satu targetnya. Beritanya dapat dibaca di http://www.posmetropadang.com.

Kelompok ini berencana meledakkan Kafe Bedudal yang berlokasi di Jalan A.Yani atau lebih dikenal dengan “Kampung Cina”, karena memang sebagian besar penduduknya adalah komunitas Tiong Hoa. Kafe yang berjarak lebih kurang 100 m dari Jam Gadang itu ramai dikunjungi oleh turis manca negara terutama dari Eropa.

Saat ini kunjungan ke Bukittinggi memang sedang ramai-ramainya. Hal ini disebabkan karena sedang musim liburan sekolah dan juga bertepatan dengan liburan musim panasnya orang-orang Eropa. Sampai ada anekdot “Mudah-mudahan Bukik ko ndak maatam” (semoga bukit ini tidak turun/terbenam), karena saking banyaknya orang yang berdatangan ke Bukittinggi saat liburan ini.

Walaupun rencana para teroris belum sempat diwujudkan, namun suasana di sekitar Kampung Cina terlihat agak mencekam. Semoga berita mengenai adanya teroris yang mengincar Bukittinggi tidak mempengaruhi arus kunjungan ke kota ini. Dan yang lebih penting lagi ketenangan dan kedamaian di Bukittinggi tidak sampai terusik oleh perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Saat ini Pemerintah Kota beserta jajaran kepolisian meningkatkan penjagaan dan pengawasan disetiap sudut kota. Dan Kepada segenap warga diminta untuk selalu waspada serta segera melaporkan jika menemui hal-hal yang dirasakan mencurigakan. Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua.

Read Full Post »

Titik Balik

Suasana pagi yang cerah di kantor direksi digemparkan dengan ketegangan dan hiruk pikuk yang berasal dari Departemen Hukum perusahaan yang sedang tumbuh itu. Ternyata ada kejadian menggemparkan yang beredar pagi itu. Kepala Departemen Hukum ditemukan tewas didalam ruangan kerjanya. Office boy yang bertugas di departemen tersebut pagi ini langsung melaporkan kebagian keamanan di lantai dasar.

Tak lama berselang polisi dan tim medis sudah sampai dikantor tersebut dan langsung memasang police line serta mengevakuasi mayat Pak Hadi Asmajaya, nama korban yang menjabat Kepala Departemen Hukum. Beberapa polisi memeriksa ruang kerja Pak Hadi, mengambil gambar dan memeriksa beberapa catatan serta mengamankan barang-barang yang diharapkan bisa dijadikan petunjuk. Sementara yang lainnya tampak sedang berbicara didalam ruang direksi, mencari keterangan yang dibutuhkan untuk penyelidikan.

Dari desas-desus yang berkembang diketahui bahwa kemarin Pak Hadi memang masih terlihat dikantor hingga sore sementara sebagian besar karyawan sudah pulang. Departemen Hukum memang sedang sibuk karena banyaknya kegiatan yang harus dilaksanakan. Selain Pak Hadi ada beberapa stafnya yang kerja lembur pada sore itu.

Keterangan office boy yang bertugas sore itu membenarkan kalau Departemen Hukum memang pulang agak larut kemarin. Dan disebutkannya juga kalau sore itu terjadi adu mulut antara Kepala Departemen dengan stafnya dari Sub Bagian Bantuan Hukum. Tapi dia tidak tahu persis apa yang diperdebatkan. Lagi pula ketegangan semacam itu merupakan hal yang biasa di perusahaan ini.
Departemen Hukum diperusahaan ini terdiri dari tiga sub bagian yaitu; Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan yang dikepalai oleh Irene Abdullah putri Pak Abdullah wakil komisaris perusahaan, Sub Bagian Bantuan Hukum yang dipimpin oleh Arifin, Sub Bagian Penyuluhan Hukum oleh Pak Yayat yang hampir memasuki masa pensiun.

Sementara penyelidikan polisi berlangsung, Dewan Direksi juga berkutat mencari pengganti Pak Hadi untuk menjabat sebagai Kepala Departemen Hukum. Departemen ini tidak bisa dibiarkan kosong berlama-lama karena ada banyak kegiatan yang harus dilaksanakan dan banyak masalah yang membutuhkan penanganan segera.

Sebelum nama calon diajukan ke Dewan Komisaris, Direksi harus benar-benar menemukan calon yang tepat dengan alasan yang tepat pula. Kalau tidak Komisaris akan menetapkan calon yang tak terduga yang bisa saja mengambat kinerja perusahaan. Proses seleksi harus dilakukan cepat sebelum para penguasa perusahan itu mengajukan calon yang tak terduga atau bahkan tidak bisa diharapkan.
Calon yang paling memungkinkan adalah orang dalam Departemen Hukum sendiri karena mereka lebih mengetahui kondisi dan terlibat langsung dalam sejumlah besar kegiatan dalam departemen tersebut. Tiga Kasubagpun otomatis diapungkan sebagai calon. Irene, Kasubag Peraturan Perundang-undangan sudah pasti mendapatkan suara di Komisaris, karena dia merupakan putri wakil komisaris. Riwayat jabatannya yang sekarangpun merupakan hasil titipan.

Kinerja Irene sendiri sebenarnya not bad. Gelar akademispun over seas. Namun sikapnya yang kurang bersahabat sering memicu konflik dengan sesama rekan kerjanya. Pernah suatu ketika Irene mencak-mencak masalah pengadaan Lap Top untuk Departemen Hukum. Tanpa referensi yang jelas dia meminta Lap Top yang ada pada Arifin diberikan padanya dengan dalih penggunaan Lap Top di Departemen Hukum adalah untuk subag yang ia pimpin. Dengan tenang Arifin berkata “Setelah ada referensi dari Bagian Pengadaan dan Kepala Departemen, baru bisa seperti itu.”

Irene segera menuju Bagian Pengadaan. Mendapatkan referensi tersebut sangatlah mudah bagi Irene bahkan dari Dewan Komisaris sekalipun. Namun alangkah terkejutnya Irene ternyata Lap Top untuk Departemen Hukum masih di Bagian Pengadaan. Dari petugas Irene mengetahui kalau Lap Top itu baru saja datang. Sebulan yang lalu Arifin memang sudah menayakan hal itu namun belum bisa realisasi dalam waktu dekat. Karena Arifin sering kelapangan dan dia pribadi juga butuh, maka diputuskannya untuk membeli secara pribadi. Walaupun sebenarnya Departemen sudah menyetujui pengadaan Lap Top untuk Subag yang ia pimpin.

Irene meminta petugas menyerahkan Lap Top itu padanya, “Tidak bisa Buk, Pak Arifin belum tandatangan, referensi atas nama dia” jawab petugas memberi penjelasan. “Itu gampang saya akan cari satu blok referensi buat kamu” tukas Irene kasar.

Hampir semua bawahan baik didalam maupun diluar departemen dibuat jengkel oleh Irene. Namun disisi lain dia sungguh manis pada atasan terutama Dewan Komisaris. Reputasinya ini membuat namanya dicoret dari daftar calon.

Selanjutnya dalah Pak Yayat, sudah senior memang tapi juga sudah sepuh dan siap-siap mau pensiun. Disamping itu back groudnya bukan hukum. Pengalaman lapangannya membuat dia diletakkan dijabatannya yang sekarang. Akhir-akhir ini karena kondisi kesehatan, Pak Yayat sering minta bantuan Arifin untuk menyelesaikan tugasnya. Karena kondisi ini akhirnya nama Pak Yayat juga gagal diajukan pada Dewan Komisaris.

Calon terakhir dari dalam departemen adalah Kasubag Bantuan Hukum, Arifin. Seorang pekerja keras yang memulai kariernya dari bawah dan piawai menghandle berbagai tugas yang dipercayakan padanya. Ia juga agak keras kepala terutama dalam mempertahankan prinsip. Tak jarang dia terlibat adu argumentasi dengan Pak Hadi ataupun yang lainnya.
Pak Hadi terkenal dengan egonya yang tinggi dan sikapnya yang kaku. Namun ia merupakan salah satu pejabat dengan tingkat kecerdasan yang tinggi. Dari hasil tes yang dilakukan perusahaan secara berkala, peringkat tertinggi tak pernah lepas dari tangannya. Ia juga bersikap dingin seperti salju yang kemungkinan disebabkan karena kurangnya kasih sayang yang diharapkan didapat dari keluarganya.

Pak Hadi yatim piatu, semenjak ditinggal kedua orang tuanya yang mengalami kecelakaan pesawat, ia dirawat oleh kakak perempuan satu-satunya yang berprofesi sebagai paranormal karena kekuatan supranatural yang dimilikinya. Segelintir orang berpendapat bahwa kakaknya ada dibalik kesuksesan Pak Hadi.

Pada sore sebelum Pak Hadi ditemukan tewas terjadi pertengkaran hebat antara Pak Hadi dan Arifin. Saat Arifin mohon persetujuan surat tugas untuk penyuluhan pertanahan di kantor cabang. Pak Hadi menolaknya dengan alasan itu tugas Subag Penyuluhan Hukum. Arifin kemudian menjelaskan kalau Pak Yayat minta bantuannya untuk mengisi sesion yang menjadi tanggung jawab Pak Yayat.
Karena terkenal ego dan kaku Pak Hadi tetap menolak menandatangani surat tugas itu. Apapun argumentasi yang dikemukakan Arifin tak digubrisnya. Ia lebih memilih mengosongkan sesi yang harus diisi Pak Yayat dibanding menugaskan Arifin. Pertengkaran Arifin dan Pak Hadi sudah sering terjadi. Pak Hadi yang merasa kesenioran dan kepintarannya yang telah trade mark tidak bisa dipintas begitu saja oleh Arifin dengan prinsip-prinsipnya yang dianggap tidak maching dengannya. Alih-alih merasa bangga dengan keberhasilan Arifin dilapangan, dia malah khawatir kalau ada yang membicarakan kesuksesan stafnya.

Apa yang dialami Arifin dan Pak Hadi sebelum hari naas itu menjadi sandungan untuk mengajukan Arifin pada Dewan Komisaris. Sore itu Direksi menemui kebuntuan dalam menetapkan calon Kepala Departemen Hukum. Walaupun Dewan Direksi sepenuhnya percaya Arifin tidak terkait dengan tewasnya Pak Hadi, namun memberi Arifin kepercayaan memimpin Departemen Hukum dalam kondisi saat ini bukanlah sebuah keputusan yang aman. Apalagi rumor yang berkembang sehubungan pertengkarannya dengan Pak Hadi yang sering disaksikan staf lainnya membuat posisi Arifin kurang menguntungkan.

Laporan sementara polisi menyebutkan kalau Pak Hadi tewas karena Arsenik, sejenis racun yang tergolong berbahaya yang biasa juga disebut dengan racun warangan. Warangan biasa digunakan untuk membersihkan benda-benda pusaka seperti keris, pedang, ujung tombak dan lainnya. Senjata yang telah dioles warangan akan menjadi sangat mematikan jangankan tertusuk, tergores saja bisa membuat korban teracuni.

Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium forensik, Arsenik ditemukan pada cangkir kopi yang isinya hampir habis saat cangkir itu diamankan waktu kejadian. Selain itu Arsenik juga ditemukan pada buku teks tebal terbitan luar negeri yang diterletak dimeja kerja Pak Hadi.

Gonjang-ganjing tewasnya Pak Hadi karena racun yang berbahaya makin santer diperbincangkan. Berbagai spekulasi bermunculan. Siapa gerangan pelaku yang menyebabkan tewasnya Kepala Departemen Hukum itu dan apa motifnya. Bagian umum juga ikut dibikin kelabakan sehubungan dengan penemuan cangkir berArsenik itu. Masalahnya bagian umumlah yang bertanggungjawab dalam urusan konsumsi termasuk kopi yang sampai ke meja Pak Hadi dan meja karyawan lainnya tiap hari.
Penyelidikan terus dikembangkan beberapa saksi dipanggil dan semua yang terlibat dengan Pak Hadi pada saat lembur sore itu tak luput dari pemeriksaan. Termasuk Arifin yang dicecar berbagai pertanyaan selama setengah hari. Ofice boy yang bertugas pada sore itu juga diperiksa secara intensif.

Dari penyelidikan lanjutan diketahui kalau kopi yang diminum Pak Hadi bebas Arsenik. Walaupun untuk meracuni seseorang terkadang racun tidak dicampur dalam minuman, tapi dioles pad bibir gelas sehingga bisa langsung kontak dengan syaraf bibir dan lidah. Namun pola Arsenik yang menempel dicangkir kopi Pak Hadi bukan pola olesan, melainkan berasal dari jari tangan Pak Hadi. Jadi dapat dipastikan racun bukan berasal dari kopi maupun cangkirnya. Office boy dan Bagian Umum bisa bernafas lega atas penemuan ini.

Dewan Redaksi makin tidak tenang. Siapa gerangan yang membunuh Pak Hadi. Tidak bisa dipungkiri kalau pengerucutan mengarah pada Arifin. Arifin memang keras kepala dan sering tidak sefaham dengan Pak Hadi. Namun melakukan tindakan bodoh seperti itu bukanlah tipenya. Apakah Pak Hadi membuat Arifin begitu marah dan kecewa sehingga Arifin kehilangan akal sehat, rasanya tidak mungkin. Sulit dipercaya kalau dia pelakunya. Walau ambisius Arifin adalah seorang yang sportif dan sangat berhati-hati. Tapi kalau ternyata memang dia melakukan semua kekonyolan itu otomatis pupus sudah harapan Dewan Direksi memposisikannya sebagai Kepala Departemen Hukum. Yang ada dia akan menjalani sebagian hidupnya dalam penjara dan berakhirlah semua jerih usaha yang dirintisnya selama ini. Waktu Pak Yayat menanyakan pendapat Arifin tentang rumor yang berkembang, dengan santai Arifin menjawab “Saya emang nekat Pak, tapi tidak gila.”

Walau mencoba bersikap tenang, tak bisa dipungkiri kalau Arifin cukup terganggu dengan suasana yang makin berkembang. Seringkali ia hampir kehilangan kesabaran menghadapi tatapan sisnis dan menyelidik. Dan lebih membuatnya kesal adalah ia merasa diawasi dan segala gerak-geriknya diikuti. Aktivitasnya juga dibatasi dengan alasan stabilitas dan faktor keamanan.

Sampai akhirnya laporan resmi polisi mengenai kematian Pak Hadi dipublikasikan. Arsenik yang meracuni Pak Hadi berasal dari buku teks tebal yang sedang dibaca Pak Hadi sesaat sebelum kematiannya. Sepintas noda Arsenik tak terlihat pada lembaran-lembaran buku itu karena jenis kertasnya bagus yang disebut counted papper yang berasal dari Swedia. Jika Arsenik mengenai kertas biasa maka akan terlihat noda yang kasat mata.

Ketika semua sudah pulang, Pak Hadi biasa menyempatkan diri membaca beberapa buku dan menulis beberapa referensi. Kebiasaan Pak Hadi kalau membaca buku adalah halaman berikut dikebet dengan jari yang dijilat terlebih dahulu. Tanpa sadar ia telah memindahkan Arsenik dari buku teks ke mulutnya. Kopi yang diminum sore itu justru mempercepat serangan mematikan Arsenik.

Buku teks yang dibaca Pak Hadi baru saja dibelinya saat bertugas ke Surabaya. Bersamaan dengan itu ia juga membeli racun warangan yang mengandung Arsenik yang dipesan oleh kakaknya, seorang paranormal yang biasa menggunakan warangan untuk membersihkan benda-benda pusaka koleksinya. Warangan yang dibeli Pak Hadi ditempatkan pada bungkusan bersamaan dengan buku teks dan masuk bagasi yang dalam dokumennya dituliskan obat batuk. Karena tentu saja tidak diizinkan membawa warangan dalam penerbangan. Cara ini berhasil membawa warangan sampai ketangan kakaknya. Namun sayang sekali ternyata ada rembesan yang mengenai buku teks yang tidak disadari karena memang nodanya tidak kelihatan. Kecerobohan inilah yang mengantar Pak Hadi pada kematian yang naas.
Demikianlah pernyataan dari resmi kepolisian menyebutkan bahwa kematian Pak Hadi disebabkan oleh kecelakaan. Pernyataan yang sekaligus melegakan Arifin. Yang juga meruntuhkan opini miring dan tatapan penuh curiga yang dialamatkan padanya. Pernyataan yang secara tidak langsung menjadi tiket untuk menduduki posisi Kepala Departemen Hukum. Yang menurut Dewan direksi memang pantas untuknya. Tinggal lagi tugas direksi meyakinkan Dewan Komisaris untuk menerima pengajuan ini.
Selain itu Arifin juga diminta dewan direksi untuk meningkatkan kinerjanya yang selama ini sudah cukup bagus. Meningkatkan disiplin karena prilakunya akan jadi panutan bawahannya yang tentu saja bertambah banyak dengan posisi barunya ini. Terutama sekali sikap keras kepalanya harus bisa ditekan agar kepemimpinannya berhasil dengan baik. Namun Dewan Direksi berkeyakinan dengan potensi yang dimilikinya, Arifin tidak akan mengecewakan.

Insipired by our journy on 28th March
I always love that
It’s dedicate for you.

Read Full Post »

PNS Jual Beras Miskin

Kaget juga lihat berita di JTV ( itu.., stasiun TV-nya Jawa Timur) semalam yang menayangkan PNS salah satu kecamatan di Sidoarjo yang diarak ke kantor polisi. Yang lebih mengejutkan lagi kasusnya adalah penyalahgunaan wewenang penyaluran raskin, yaitu beras subsidi pemerintah yang diperuntukkan untuk keluarga miskin. Kasian bener, udah miskin dikadalin lagi sama petugas. Kok tega sih Pak…Jadi nambah daftar kebobrokan PNS dech, ih malu-maluin aja.

Beras miskin atau lazim disebut Raskin didistribusikan keseluruh wilaya Indonesia dibawah koordinasi Bulog dan Dinas Sosial serta petugas dari Kecamatan dan Kelurahan. Masing-masing KK Miskin mendapat jatah 15 kg, dinaikkan dari tahun lalu yang hanya 10 Kg. Harga yang ditetapkan adalah Rp. 1500/Kg untuk tahun ini sedangkan tahun sebelumnya adalah Rp. 1000/Kg. Kenaikan harga ini dinilai wajar mengingat harga beras yang juga sedang melambung dipasaran. Dan sejauh ini tidak ada keluhan dari masyarakat (di daerah saya). Mereka masih bersyukur dapat bantuan dari pada beli beras di pasar yang harganya mencapai Rp. 6.000 – 7.000/Kg. “Bantuan ini cukup menolong”, kata mereka (di daerah saya).

Kembali ke Bapak PNS penjual Raskin tadi, diberitakan Bapak ini sebagai petugas yang berwenang mendistribusikan Raskin ke warga tempat dia bertugas. Oleh si Bapak entah gimana caranya sebanyak 700 Kg beras malah dijual ke “pengepul” (begitu disebutkan, mungkin artinya penjual beras kali ya..?) seharga Rp. 3.600/Kg. Hitungannya si Bapak mendapatkan keuntungan Rp. 1.470.000,- setelah setor harga beras subsidi ke Bulog.

Eh… belum sempat menikmati keuntungan malah dilaporkan warga, ketauan dech Bapak!

Read Full Post »